Oleh K.H. Maman Imanulhaq Faqieh
Dalam konteks bangsa kita, Indonesia, pondok pesantren bukan hanya membangun tradisi ilmiah (keilmuan) dengan kiai dan ajengansebagai sentral intelektual par-excellent, tetapi juga telah membangun tradisi maupun budaya yang memosisikan masyarakat tidak hanya sebagai obyek, melainkan sebagai subyek yang kelak secara bersamaan menyusun “strategi kebudayaan”. Di sini, kreatifitas dalam tradisi dan kebudayaan berkaitan dengan konteks makro perubahan-perubahan yang ada pada lapis struktur masyarakat yang sangat beragam.
Oleh : Ridhwan Abd Salam
(Penulis buku Tari Saman, dan Dosen di FKIP Universitas Muhammadyah Prof. Dr. Hamka Jakarta)
Makalah untuk Para Siswa
Acara pertunjukan wayang golek Dalang Apep Hudaya
di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, tgl. 17 Maret 2013
oleh: Madoka Fukuoka (Osaka University)
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara, dan para hadirin semua, saya diberi kehormatan untuk memberikan ”orasi kesenian” pada acara ini. Saya tidak berniat memberi kuliah, hanya berupa lontaran pendapat saja.
Tantangan modernitas yang bercirikan industrialisasi dan globalisasi dengan dominasi dan hegemoni negara-negara maju (developed countries) di segala bidang, menuntut setiap anggota masyarakat global untuk mengambil sikap antisipatif. Terlebih Indonesia, yang dilihat dari seluruh sudut pandang geologis, historis dan budaya, sangat beragam dan kompleks, tetapi kurang memiliki sumber daya manusia yang memadai.
Makalah Abdul Moqsith Ghazali dalam Seminar PSN "Menengok-Ulang Multikulturalisme di Indonesia" di Gedung Graha Bakti, Mataram NTB, 21 Juli 2009
Makalah Putu Wijaya, disampaikan dalam Seminar PSN "Menengok Ulang Multikulturalsime di Indonesia" pada tanggal 21 Juli 2009 di Gedung Graha Bakti, Mataram NTB.
Realitas bangsa yang terpuruk dalam ketertinggalan, kebodohan, kemiskinan dan kemunduran, meniscayakan kita untuk menghadirkan tafsir terhadap keseluruhan dimensi dan aspek yang berkaitan dengan kehidupan. Tafsir menjadi penting untuk mengurai berbagai problematika kehidupan berbangsa serta menyelamatkan publik dari tafsir tunggal dan semena-mena yang akan menyeretnya pada perpecahan. Penafsiran adalah ciri khas manusia, karena manusia tak dapat membebaskan diri dari kecenderungan dasarnya untuk memberi makna. Man is condemned to meaning, kata Merleau Ponty.
Pidato Kebudayaan Goenawan Mohamad, disampaikan pada pembukaan Seminar PSN “Menengok-Ulang Multikulturalisme di Indonesia” di Mataram, 21 Juli 2009.
Mungkin tepat yang dikatakan Rendra, bahwa tradisi “adalah kemungkinan-kemungkinan.” Tradisi adalah sesuatu yang hidup. Empu adalah sebutan untuk seorang “maestro” dalam tradisi Jawa, yang melahirkan corak atau gaya yang khas. Semuanya sama-sama tradisi tapi semua memiliki kebaruan. Maka dari itu, suatu tradisi yang telah lenyap pun memungkinkan bisa muncul lagi.
Kerangka acuan atau term of reference (TOR) yang diajukan panitia penyelenggara diskusi akhir tahun Pikiran Rakyat berpangkal pada banyaknya seniman Jawa Barat terkenal yang meninggal dunia pada 2010. Inti soal yang diajukan, sejauh mana "kesiapan" masyarakat Jawa Barat umumnya, sepeninggalnya para mendiang itu: tentang dokumen-dokumen yang ditinggalkannya, dan seperti apa harapan berlanjutnya "tradisi" kreativitas berkesenian pada generasi penerusnya.
Pages
Zircon - This is a contributing Drupal Theme
Design by
WeebPal.