Oleh Takhsinul Khuluq
Kekayaan budaya Sunda berupa kesenian Ajeng Cileungsi, Bogor telah lenyap sejak kurang lebih tiga dasawarsa lalu. Di tempat kesenian itu berasal, tepatnya di Kampung Empu, Desa Situsari, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, hanya tersisa satu pemainnya yang masih hidup, yaitu Zahari atau lebih dikenal dengan panggilan Abah Iroh. Lelaki sepuh berusia 67 tahun ini adalah mantan pemain Ajeng yang kebagian memainkan saron dan memerankan karakter kedok Cepot. Ia adalah anggota termuda dalam kelompok ini.
Oleh Takhsinul Khuluq
Minggu pagi itu, udara sejuk dan sinar mentari yang hangat menghampar di Kampung Sindangbarang, Bogor. Suasana ramai terlihat di setiap sudut kampung. Para gadis kecil dengan dandanan molek tampak bercanda-ceria dengan senyum yang selalu mengembang. Para penduduk tampak sibuk mempersiapkan ubo-rampe sebuah upacara tradisi. Sementara itu, saya dan para pengunjung lain (wisatawan, wartawan, mahasiswa, dll) sibuk ke sana-ke mari: motret setiap sudut kampung dengan segala suasananya.
Oleh Endo Suanda
Disampaikan di Jakarta, 6 Juni 2015 sebagai makalah dalam Diskusi Pengantar Pameran Religi & Kesenian: Teruntuk Sang Maha Indah
A. Kesenian, Religi, dan Kebudayaan
Dalam rangkaian kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) dengan maestro Irawati Durban hari kedua, hadir Endo Suanda, Direktur Lembaga Pendidikan Seni Nusantara dan Direktur Yayasan Tikar Media Budaya Nusantara. Endo Suanda datang sebagai pembicara dan pemberi materi Ruang Gerak Tubuh dalam Tari kepada para peserta BBM 2015. Materi yang dibawakan oleh Endo Suanda disampaikan di Villa Mawar, Wisma Pandawa, Bandung, Jumat (26/6/2015).
Oleh Dr. Rajab Bahry, M.Pd.
A. Pendahuluan
Hampir setiap masyarakat atau suku mempunyai budaya yang menonjol dan masih dipelihara dan dipertahankan oleh masyarakat yang bersangkutan, dan mungkin saja budaya dari masyarakat tersebut malah digemari oleh masyarakat lain sehingga dikenal secara nasional dan mungkin juga dikenal secara internasional. Budaya yang ada pada setiap daerah tidak bisa dilepasakan dari bahasa karena bahasa tersebut sebagai alat pengembangan budaya. Dengan demikian, pengembangan budaya selalu seiring dengan pengembangan bahasa.
Oleh: L.K. Ara
Atif seorang lelaki desa tinggal di Blangkejeren, Kab. Gayo Lues, mempunyai keahlian bermain Tari Saman Gayo. Sebagai syeh, Atif telah beruntung dapat menjenguk negeri Amerika Serikat. Ketekunan dan kebolehannya bermain tari Saman telah membawa keberuntungan bagi pegawai kantor kecamatan Depdikbud ini dapat melihat sejumlah kota besar di negeri Paman Sam itu, seperti Washington DC, Los Angelos dan lain-lain. Kesempatan itu diperolehnya ketika berlangsung KIAS, kesenian Indonesia di pagelarkan di Amerika Serikat tahun l990.
Oleh Hasnan Singodimayan
Judul diatas terjemahan dari bahasa Arab “Hadara Kuntu Lailan”, kemudian diadopsi dalam bahasa Using, menjadi “Handrah Kuntulan”, sering disingkat dengan nama “Kuntulan”. Suatu bentuk kesenian yang sama dengan “Saman” di Aceh.
Rupanya nuansa malam bagian dari kerinduan bangsa Arab untuk dipuja dan dinanti – nanti, sama dengan kerinduan bangsa Nusantara pada pantainya, pada gunungnya. Baik yang berada di Serambi Makkah, maupun yang berada di Selat Pulau Dewata, Seribu Pura.
Oleh Murahim
Setiap daerah memiliki satu bentuk kesenian yang menjadi identitas daerah tersebut. Masing-masing bentuk kesenian daerah merupakan ciri khas dan menjadi corak budaya daerah asal kesenian itu. Oleh karena itu, kesenian daerah merupakan puncak-puncak budaya yang terdapat di daerah dan menjadi simbol masyarakat pemiliknya. Terciptanya suatu kesenian (pertunjukan) secara konseptual akan berpedoman pada sistem nilai budaya yang mengelilinginya dan khas sesuai dengan budaya daerah tersebut (Bandem, 1988:50).
Oleh Ediwar
Sekilas Kesenian Bernuansa Islam Masa Lampau
Kesenian bernuansa Islam tumbuh dan berkembang pada awalnya di lingkungan surau. Pada zaman keberjayaan surau, kesenian bernuasa Islam tersebut lebih mengutamakan ke arah penyempurnaan pola hidup di dunia dan menuju akhirat. Seni bernafaskan Islam pada masa-masa itu lebih mengutamakan memperhalus rasa dan pikiran, karena itu setiap kegiatan syarak disegarkan oleh kegiatan kesenian bernafaskan Islam.
Beberapa hari terakhir seorang etnomusikolog Endo Suanda menjadi ‘anak kos’ di pondokan saya di tepi sungai di sudut kota Denpasar. Pak Endo – demikian saya memanggil beliau – berasal dari sebuah kampung di Jawa Barat, pelaku seni-budaya tradisional Sunda, yang mengenyam pendidikan seni di jenjang S2 dan S3 di Amerika, yang sangat rapi mengarsip dan mendokumenterkan berbagai ragam kesenian daerah dan peralatan music serta berbagai ‘geliat kesenian’ tanah air.
Rupanya beberapa hari ini tampang saya muncul di sebuah advertensi di televisi. Sampai detik ini saya sendiri belum tertarik melihatnya. Tapi saya senang sesekali mengerjakan sebuah iklan layanan masyarakat. Khususnya untuk mempromosikan “Kurikulum 2013″.
Banyak yang bertanya mengapa saya bersedia jadi “bintang iklan” untuk sesuatu yang kontroversial. Tidakkah saya hanya dimaanfatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk agenda mereka?
Oleh Goenawan Mohamad
Komunitas: sebuah kelompok yang menganggap diri atau dianggap punya sifat atau minat yang sama dan melihat dirinya berbeda dalam beberapa hal dari masyarakat yang lebih luas.
Saman: bagian kehidupan yang diciptakan untuk “merayakan komunitas.” Tampak dalam acara bejamu saman. Wajar jika tarian ini bisa bertaut dengan agama. Agama: “the celebration of the community”- Ernest Gellner.
· “Religion is link to the celebration of the community...” :Ernest Gellner (1925-1995)
Pages
Zircon - This is a contributing Drupal Theme
Design by
WeebPal.