Kebudayaan
Oleh K.H. Maman Imanulhaq Faqieh
Dalam konteks bangsa kita, Indonesia, pondok pesantren bukan hanya membangun tradisi ilmiah (keilmuan) dengan kiai dan ajengansebagai sentral intelektual par-excellent, tetapi juga telah membangun tradisi maupun budaya yang memosisikan masyarakat tidak hanya sebagai obyek, melainkan sebagai subyek yang kelak secara bersamaan menyusun “strategi kebudayaan”. Di sini, kreatifitas dalam tradisi dan kebudayaan berkaitan dengan konteks makro perubahan-perubahan yang ada pada lapis struktur masyarakat yang sangat beragam.
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara, dan para hadirin semua, saya diberi kehormatan untuk memberikan ”orasi kesenian” pada acara ini. Saya tidak berniat memberi kuliah, hanya berupa lontaran pendapat saja.
Makalah Abdul Moqsith Ghazali dalam Seminar PSN "Menengok-Ulang Multikulturalisme di Indonesia" di Gedung Graha Bakti, Mataram NTB, 21 Juli 2009
Makalah Putu Wijaya, disampaikan dalam Seminar PSN "Menengok Ulang Multikulturalsime di Indonesia" pada tanggal 21 Juli 2009 di Gedung Graha Bakti, Mataram NTB.
Realitas bangsa yang terpuruk dalam ketertinggalan, kebodohan, kemiskinan dan kemunduran, meniscayakan kita untuk menghadirkan tafsir terhadap keseluruhan dimensi dan aspek yang berkaitan dengan kehidupan. Tafsir menjadi penting untuk mengurai berbagai problematika kehidupan berbangsa serta menyelamatkan publik dari tafsir tunggal dan semena-mena yang akan menyeretnya pada perpecahan. Penafsiran adalah ciri khas manusia, karena manusia tak dapat membebaskan diri dari kecenderungan dasarnya untuk memberi makna. Man is condemned to meaning, kata Merleau Ponty.
Pidato Kebudayaan Goenawan Mohamad, disampaikan pada pembukaan Seminar PSN “Menengok-Ulang Multikulturalisme di Indonesia” di Mataram, 21 Juli 2009.
Kumpulan makalah seminar dengan tema Tantangan Mengembalikan Keunggulan Pendidikan di Sumatera Barat.
Zircon - This is a contributing Drupal Theme
Design by
WeebPal.