Realitas bangsa yang terpuruk dalam ketertinggalan, kebodohan, kemiskinan dan kemunduran, meniscayakan kita untuk menghadirkan tafsir terhadap keseluruhan dimensi dan aspek yang berkaitan dengan kehidupan. Tafsir menjadi penting untuk mengurai berbagai problematika kehidupan berbangsa serta menyelamatkan publik dari tafsir tunggal dan semena-mena yang akan menyeretnya pada perpecahan. Penafsiran adalah ciri khas manusia, karena manusia tak dapat membebaskan diri dari kecenderungan dasarnya untuk memberi makna. Man is condemned to meaning, kata Merleau Ponty.