Revolusi Musik Bambu (RMB) diselenggarakan Lembaga Pendidikan Seni Nusantara, Tikar Media Budaya Nusantara, dan Taman Budaya Jawa Barat pada 17 April 2014 di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung. Pergelaran ini sudah tentu menampilkan musik dengan instrumen terbuat dari bambu. Disebut “revolusi,” karena alat bambu yang dimainkan bukanlah yang biasa seperti angklung, calung, dsb, melainkan yang dibuat system teknis yang baru. Pada umumnya –alat-alat music ini memakai papan-papan suara yang lebarnya jauh melebihi tabung bambu, yang dibangun dengan lempengan-lempengan bambu yang disatukan dengan cara pengeleman, seperti misalnya kacapi, tarawangsa, dogdog, gambus, dan gitar.
Dari sisi lain RMB tak layak disebut “revolusi,”karena instrumen yang dibuatnya adalah yang “tradisional” mengikuti bentuk dan ukuran konvensional. Pembuatan alat-alat music ini merupakan hasil program penelitian dan pengembangan Bengkel-Bambu Lembaga Pendidikan Seni Nusantara di Bogor, yang telah dua kali mengadakan workshop di Taman Budaya Jawa Barat.
Dua jenis jenis musik yang akan tampil.Pertama, yang tradisional untuk menimbulkan gambaran bandingan dengan alat-alat yang biasanya dibuat dari kayu, misalnya kacapi, rebab, gambus, dan gitar. Kedua, adalah komposisi baru yang disusun para musisi secara bersama-sama.
Pertunjukan RMB kali ini berfokus pada aspek bahan bamboo dan akustis (bukanelektronik), dan karena itu diadakan di teater tertutup Taman Budaya Jawa Barat, dengan amplifikasi seperlunya, seminimal mungkin. Hal ini mungkin akan merupakan suatu yang mengagetkan telinga umum, yang sudah terbiasa dengan hingar-bingarnya amplifikasi sangat keras pada seni pertunjukan masakini—sejalan dengan penekanan pada kemegahan, tata panggung dan busana gumebyar.Karena itu pula dibutuhkan dukungan sikap menonton tersendiri, yakni untuk bias hening agar suara akustis terdengar maksimal.
Walaupun umumnya instrument terbuat dari bambu, ada juga yang bukan (belum dicoba): harmonika, biola, bas-gitar, dan sruti box (dengungan konstan dari tradisi India). Sebanyak 10 lagu (komposisi) yang akan ditampilkan, oleh 25 seniman music dari Bandung (pelbagai grup) dan Medan (grup Suarasama). Melalui kolaborasi para musisi berpengalaman dari dua wilayah ini, kami berharap mampu menyajikan musik yang variatif, dari mulai jenre tradisional, “world musik” atau“musik indie,” dan jes (jazz).