Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN) adalah sebuah yayasan nir-laba, yang didirikan tahun 2002, oleh para seniman, peneliti dan pendidik seni. Program utamanya, menyusun kurikulum dan bahan ajar kesenian untuk sekolah umum, yang berdasar dan mengarah pada pemahaman pluralitas kesenian, yang terdapat dalam kehidupan masyarakat di berbagai wilayah budaya Indonesia. Melalui pendekatan culture-specific itu pulalah pemahaman terhadap kemajemukan budaya itu bisa dicapai. Apresiasi terhadap kekayaan budaya lokal ini diharap dapat memberi bekal kreativitas yang mengakar pada para siswa yang berbakat, dengan itu kesinambungan daya atau vitalisasi “lokal” akan tertunjang.
Secara umum, pendekatan metodologinya bisa disebut “apresiasi,” dalam pengertian yang luas, yang meliputi seluruh spektrum kesenian: bukan hanya pendekatan kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotoris; yang sesuai dengan sifat sekolah umum dan situasi intrakurikuler. Dua dasar metodologis yang dipakai. Pertama, integral atau kontekstual, yakni melihat kesenian bukan sebagai sektor yang berdiri sendiri, melainkan terjalin dengan sektor sosial lainnya, seperti: adat, ekonomi, teknologi, kepercayaan, lingkungan, dan politik. Kedua, adalah pendekatan “partisipatif,” yang menekankan pelajaran bukan bahan-dikte ataupun doktrin yang dibebankan guru pada siswa, melainkan agar pelajaran ternikmati ekspresinya dan tersampaikan maknanya. Pengetahuan kesenian bukan untuk dihapal, melainkan untuk tumbuh pemahaman serealistis mungkin. Karena itu, buku ajar yang disiapkan dilengkapi dengan paket-paket audiovisual. Dengan kata lain, mengubah dari pendekatan teaching to know ke learning for understanding.
Pendekatan dan metodologi tersebut adalah untuk memberikan pengalaman luas tentang berbagai ragam jenis kesenian, dan untuk menumbuhkan pengertian dan rasa hormat terhadap karya seni:
- mengajak anak didik untuk mengenal, menghargai, dan menikmati banyak jenis kesenian dari seluruh Indonesia—baik dalam hubungannya satu sama lain, maupun dalam hubungannya dengan jenis kesenian di mancanegara;
- menawarkan pengalaman praktis dengan kesenian yang cocok untuk anak didik yang tidak berbakat khusus dalam kesenian;
- menawarkan pelajaran kesenian yang disatukan (integrated learning) dan non-teknis (berbeda dengan pendekatan sektoral dan teknis yang berlaku sekarang);
Dalam pelaksanaan, pendidikan seni yang dianjurkan LPSN berdasarkan satu modul yang disebut sebagai topik. Sebagai contoh topik: tekstil; topeng; alat musik dawai; gong; tari tontonan; tari komunal; pemukiman; sistem tulisan dan kaligrafi; dan lain-lain.
Semua topik diajarkan dengan beberapa cara: bacaan untuk anak, lengkap dengan gambar; uraian oleh guru; pengalaman praktek, sesuai dengan keahlian guru; dan contoh-contoh audiovisual (DVD), demonstrasi oleh seniman, dan kesempatan menonton pertunjukan atau pameran. Fokus atau tujuan pengajaran adalah memberikan pada anak didik suatu pengertian dan penghargaan non-teknis terhadap jenis-jenis kesenian yang dijadikan topik. Fokus non-teknis tersebut memungkinkan guru yang spesialis dalam salah satu bidang kesenian (tari, seni rupa, musik, teater) untuk mengajarkan juga materi dari bidang kesenian lain yang bukan spesialisasinya.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan persepsi estetis pada siswa, tetapi juga mengembangkan wawasan budaya yang luas dan pluralistis. Wawasan ini kemudian menguatkan pembentukan kepribadian, rasa tanggungjawab sosial, dan kesadaran serta kebanggaan sebagai warga negara Indonesia. Dengan pelajaran yang dianjurkan, Indonesia akan diperkaya dengan warga negara yang
- memahami, mengerti, menikmati, dan/atau menghargai keanekaragaman budaya Indonesia;
- mengetahui persebaran geografis dari unsur-unsur budaya tersebut;
- mengerti berbagai peran dan fungsi kesenian di Indonesia, selain menghargai kesenian sebagai ekspresi individu dan masyarakat;
LPSN yakin—dan ingin meyakinkan anak-anak kita—bahwa keanekaragaman yang tak terhingga di Indonesia pantas dibanggakan dan dimuliakan, dan merupakan sumber kekuatan dan kekayaan bangsa. Dengan memahami yang majemuk dan luas ini, kurikulum LPSN diharap dapat mendorong para peserta didik untuk lebih tertarik memahami kebudayaan di lingkungannya masing-masing. Dengan itu, maka cultural based education pun akan tertumbuhkan.
LPSN telah memproduksi bahan ajar pelajaran Seni Budaya sebanyak 10 (sepuluh) topik, yang terdiri atas buku dan paket audiovisualnya, yaitu: Alat Musik Dawai, Tekstil, Gong, Topeng, Tari Komunal, Tari Tontonan, Musik Populer, Sistem Tulisan dan Kaligrafi, Pemukiman, dan Teater. Kesepuluh topik ini telah dilatihkan ke sekitar 1300 guru kesenian di 906 sekolah di 12 provinsi. Para guru tersebut kemudian mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas yang melibatkan sekitar 100.000 siswa.
LPSN juga mengembangkan dua program lain yaitu Pengembangan Sistem Arsip Audiovisual Seni Budaya dan Pengembangan Alat Musik Bambu.
LPSN beralamat di Jl. Sumeru, Gang Masjid No. 02, Cilendek Timur RT 01 RW 01, Bogor Barat, Bogor, 16112. Telepon dan faks: 0251-7551665.
Website: www.lpsn.org