Program pengembangan alat musik bambu Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN) dirintis semenjak tahun 2003, pada awal pengembangan Metodologi Pendidikan Seni Nusantara untuk sekolah umum. Topik “Alat Musik Dawai” adalah satu dari sembilan topik lainnya yaitu Tekstil, Gong, Musik Populer, Tari Tontonan, Pemukiman, Tari Komunal, Kaligrafi, Topeng, dan Teater, yang dikemas dalam bentuk buku dan paket audiovisual dan dilatihkan kepada guru-guru kesenian.
Dalam pelatihan tersebut, para guru dilatih membuat alat musik dawai dengan bahan-bahan sederhana seperti bambu, tripleks, kayu, kaleng, dan kawat bekas. Konsep-konsep akustika seperti resonator, frekuensi, hukum pitagoras, dan lainnya diperkenalkan dengan diskusi-praktik yang interaktif. Alat-alat musik dawai yang dihasilkan kala itu misalnya keteng-keteng, gambus bambu, dan gitar kaleng.
Mulai tahun 2009, LPSN fokus melakukan riset dan eksperimentasi dalam pembuatan alat musik menggunakan bahan bambu. Bambu dipilih karena ia tanaman yang hidup subur di Indonesia dengan varietas tinggi namun pemanfaatannya belum maksimal. Maka, LPSN membuat Bengkel Alat Musik Bambu (BAMB) untuk mengembangkan kemampuan teknis penggarapannya. Teknologi “baru” yang dipakai dalam mengolah bambu adalah dengan membuat lempeng-lempeng bambu yang disusun berbentuk papan dengan ketebalan 15-25 mm. Papan bambu ini lalu dibentuk menjadi tubuh alat musik, baik untuk papan suara (soundboard), tubuh samping (body side), maupun tubuh belakang (body back). Selanjutnya, pembuatan alat musiknya mengikuti standar baku yang sudah ada, baik dari segi bentuk dan ukurannya.
Melalui BAMB ini, pelbagai alat musik tradisional seperti dogdog, rebana, tarawangsa, gambus, gitar, dan kacapi berhasil dibuat. Alat-alat musik ini telah dimainkan oleh para musisi profesional seperti Slamet Gundono, Gondrong Gunarto, Toto Tewel, dan Mamat Rahmat di pelbagai pergelaran. Para musisi tersebut mengakui kekhasan kualitas bunyi alat musik bambu LPSN. Pada 1 April 2014 di Taman Budaya Jawa Barat, LPSN menggelar event Revolusi Musik Bambu I yang menampilkan para musisi seperti Irwansyah Harahap, Mamat Rahmat, Mae Nurhayati, Jimbot, Bendra, dan Gun Gunawi yang memainkan alat-alat musik bambu buatan BAMB. Pergelaran ini sukses sehingga memicu LPSN untuk membuat inovasi dan eksperimentasi lebih lanjut dengan membuat ensambel musik keroncong bambu yang terdiri atas cak, cuk, biola, gitar, dan cello. Alat-alat musik ini dimainkan dalam konser Revolusi Musik Bambu II pada 4 Maret 2015 di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, dengan menampilkan Jempol Jenthik Orkes Keroncong, Bandung, dengan bintang tamu Tuti Maryati, Mae Nurhayati, dan Mamat Rahmat.
Penelitian dan ekspreimentasi terus dilakukan untuk mendapat hasil yang lebih baik. Sampai kini LPSN belum pernah menjual alat musik buatannya, melainkan mencoba menggandeng pelbagai lembaga untuk secara bersama-sama mengolah bambu sebagai bahan alat musik dengan teknologi baru.